Minggu, 21 Desember 2014

AKU ( MAAF)

Sore itu entah tanggal berapa kita masih ada dibawah hujan, menanti sang curang untuk berhenti dari air yang ia jatuhkan entah dari mana. Kamu tampak lucu sore itu, semua mukamu serasa beku, aku memelukmu dalam keadaan lucumu itu. Aku rindu akan hujan itu.

Sudah ribuan detik kita lalui waktu ini bersama, sudah puluhan kali juga kita tertawa dan menangis dalam hal yang sama. Iya kita pasangan yang masih jatuh cinta. Kamu selalu tertawa dengan semua hal yang menurutmu lucu, seperti wajahmu yang beku itu. Dan kau menangis kala bercerita tentang semua hal sulit dalam hidupmu. Maaf aku belum bisa menjadi kebangganmu.

Kita adalah dua orang yang sangat berbeda, aku begitu meghargaimu dan semua hal tentangmu adalah hal yang selalu aku ceritakan kepada dunia. Kamu adalah hal terbaik dari hal baik yang pernah aku miliki.

Aku ? Manusia yang selalu memaksakan semua ego, tanpa melihat apapun. Aku manusia yang selalu memaksakan semua hal untuk menjadi yang terbaik untukku, tanpa melihat apapun. Dan aku manusia yang teramat takut kehilanganmu. Maaf sekali lagi belum bisa menjadi kebangganmu.

Entah sudah berapa ratus detik dua pasang mata ini tidak saling menatap, entah sudah berapa ratus detik dua pasang tangan ini tidak saling menguatkan, dan entah sudah berapa ratus detik kita tidak saling bersama. Ada rindukah disana ? Disini sudah tidak ada tempat untuk rindu itu bersemanyam, sudah teramat banyak rindu disini.

Aku tidak pernah mengerti betapa sulit jalan yang kamu lalui, aku tidak pernah mengerti betapa terjal semua hal yang kamu perjuangkan, aku selalu tidak mengerti semua tentangmu. Maaf untuk ketidakmengertian ini.

Aku sedang diberanda rumahku sewaktu menulis semua ini, ada sebuah ponsel dengan wallpaper fotomu yang memakai seragam tim bola warna biru. Aku benci warna biru lho. Saat aku menulis ini, aku sedang merindukanmu, aku sedang bermimpi, dan aku sedang berharap kamu ada disini mambawakan segelas kopi dan senyum indahmu itu. Tapi matamu masih menjadi hal terindah dari kamu kok, tenang saja.

Teruntuk kamu, maaf untuk segala egois ini, maaf belum bisa menjadi seseorang yang patut kamu jadikan kebangganmu, dengan segala lemahku ini aku hanya berani mengatakan satu hal, aku sangat mencintaimu.

Untuk kamu wanita Cina yang tidak sipit
Terimakasih telah bersedia menjadi bagian dari hidup ini, terimasih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar